Mahasiswa sang anak rantau

Mahasiswa merupakan kata yang ditunjukkan untuk seorang pelajar pada tingkat tertinggi. Tempat untuk menempuh pendidikan mahasiswa adalah pergiruan tinggi. Karena menjadi pendidikan tinggi, banyak hal yang sangat berbeda dari pendidikan yang ditempuh seseorang pada tingkat sebelumnya seperti SD, SMP, atau SMA. Yang paling menonjol tentu dalam hal pendidikan yang lebih kompleks dan rinci dalam mengkaji ilmunya. Namun selain itu banyak hal lain seputar mahasiswa yang berbeda dan menarik untuk ditelisik. Salah satunya adalah mahasiswa biasanya berasal dari daerah yang jauh bahkan ada yang dari luar pulau. Hal ini dikarenakan perguruan tinggi tidak sebanyak pendidikan pendidikan tingkat dibawahnya. Tidak semua daerah ada sebuah perguruan tinggi. Walaupun ada hanya sebatas swasta dan kurang bermutu bagi pandangan beberapa calon mahasiswa.
Para mahasiswa yang jauh dari rumah dinamakan anak rantau. Mereka merantau untuk masuk ke perguruan tinggi yang diimpikannya. Ada segudang kisah dibalik kata "rantau" yang disematkan untuk para mahasiswa ini. Sekian banyak model dan tipe mahasiswa tergantung bagaimana niat awal mereka berangkat dari rumah. Mahasiswa rantau umumnya tinggal di kos atau rumah kontrakan di tempat rantaunya. Mahasiswa yang tinggal di kos cenderung lebih "terjaga" pergaulannya di malam hari karena pada umumnya di kos kunci gerbang atau pintu rumah dimiliki oleh bapak atau ibu pemilik kos. Mereka kawatir jika mengijinkan penghuni sewa kos memiliki kunci sendiri. Salah satu kisah ibu kos di kota Malang yang bernama ibu Sri, mengatakan bahwa dulu pernah ada yang saya kasih kunci. Tapi dianya teledor akhirnya ada orang masuk dan mengambil motornya. Dan juga biasanya di kos kosan pemilik rumah tinggal dengan para penyewa kos. Sehingga anak kos cenderung lebih berhati hati menjaga sikapnya. Dan tidak sembarangan bisa keluar malam atau pulang malam. Inilah yang saya maksud kalau mahasiswa yang tinggal di kos itu lebih "terjaga". Karena jika dobandingkan dengan kontrakan jauh lebih bebas. Bebas jam malam, keluar malam, bahkan ada yang nekad membawa teman lawan jenisnya ke kontrakan. Hal yang sangat disayangkan padahal dari rumah di bekali doa dari orangtuanya namun di perantauan mereka malah berbuat semaunya. Seperti yang dikatakan Amir (nama samaran) yang kuliah di sebuah universitas di kota Malang. "Dikontrakkan itu enak mas, bisa ajak cewek. Gak ada yang ngelarang" begitu kira-kira katanya. Tapi kalau dilihat dari sisi yang lain, kos juga memiliki nilai lebih dibandingkan kontrakan bagi para anak rantau.
Dalam kos-kosan itu ada banyak mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah. Jadi kalau tinggal di kos, pasti bisa belajar budaya daerah lain atau bersosialisasi dengan teman yang jauh dari pulau seberang. Hehehe. Selain itu juga menambah relasi kan. Berbeda jika dikontrakan, pasti yang mengontrak ya anak anak dari daerah yang sama asalnya. Jadi tidak ada variasi.
Mahasiswa sebagai anak rantau yang jauh dari rumah memiliki masalahnya masing masing. Kecuali kalau yang sudah betah tinggal diperantauan. Masalah pertama adalah jika dilanda kangen keluarga. Tidak setiap liburan semester bisa pulang. Bahkan ada yang dua tahun baru pulang. Hal ini disebabkan karena biaya untuk pulang pergi ke daerah asal sangat mahal. Misalnya yang dari daerah sulawesi, Rani namanya (samaran). Seorang mahasiswi yang berniat mencari ilmu dan pengalaman baru di Malang, tempat kuliahnya. Semenjak pertama ke kota Malang sampai akan berakhirnya semester empat, dia belum pulang sama sekali. Karena lumayan katanya jika biaya pulang pergi untuk hal lain. Namun ada juga yang berasal dari NTB yang kuliah di jurusan sama dengan Rani, bernama Dinda (samaran). Setiap liburan semester, dia selalu pulang. Karena memang dia berasal dari keluarga yang berpunya. Sehingga tidak begitu kesulitan dalam hal biaya. Walaupun begitu, jika dilihat memang Rani lebih rajin daripada Dinda. Tidak tahu apakah memang faktor sering pulang juga mempengaruhi niat seorang mahasiswa rantau.
Hal terakhir yang sangat umum dijumpai jika berbicara tentang mahasiswa rantau adalah tanggal tua yang horror. Mengapa? Karena ketika tanggal tua, banyak sekali mahasiswa yang mengeluh kehabisan uang sebab kurang pandainya mengatur keuangan di awal awal bulan. Hal ini menyebabkan mereka tidak bisa membeli makan seenak hari hari sebelumnya. Seringnya adalah pada tanggal tua dan dalam kondisi uang menipis, banyak mahasiswa rantau yang makan menggunakan mie instant dalam beberapa hari menunggu tanggal muda. Hehehe. Untuk beberapa mahasiswa ada juga yang anti terhadap mie instan, tapi dalam keadaan kritis juga. Mereka memilih tetap makan nasi tapi lauknya dikurangi atau membeli makan di warung yang murah. Salah satunya adalah mahasiswa dari daerah Nganjuk, bernama Heri (samaran). "Saya kalau uang lagi menipis, gak seperti teman teman saya yang suka makan mie. Soalnya perut saya gam kuat kalau makan mie. Jadi saya cari warung yang murah dan nasinya banyak. Warungnya emang agak jauh tapi dengan lima ribu rupiah aja udah kenyang dapat lauk telur juga mas" begitu katanya. Ada juga mahasiswa rantau yang rumahnya kota tetangga yang hanya dua jam an perjalanan. Tidak pernah kehabisan uang karena tiap sabtu dia pulang. Jadi tiap minggu uang jatahnya disediakan.
Yah itulah tadi sekelumit kisah tentang mahasiswa rantau yang mungkin dari pembaca ada yang mengalami sendiri atau mempunyai teman yang kisahnya sama? Hehe. Semoga tulisan ini bermanfaat setidaknya memberi informasi baru bagi yang belum tahu. Sampai ketemu di tulisan selanjutnya. Daaah.

Komentar